“Kemasan dan kalimat cantik”, mungkin itu makna yang di dapat setelah melihat slogan-slogan kampanye yang bertebaran menjadi sebuah hiasan. Dalam tahun pesta demokrasi, secara sadar maupun tidak, pandangan mata kita dipengaruhi oleh slogan kampanye politik, pemandangan ini tidak hanya di media massa elektronik yang tak henti-hentinya mengiklankan slogan kampanye yang lalu lalang, tetapi media massa cetak juga telah dipenuhi halaman-halamannya yang di pakai oleh salah satu kandidat dalam mengkampanyekan untuk memperkenalkan dirinya maupun partai politiknya. Belum lagi jalanan yang dipenuhi oleh spanduk maupun baliho ukuran sedang hingga raksasa.
“Pabrik kata-kata sudah memulai produksinya untuk mempersenjatai perang slogan antar kubu kandidat”.
Bila merujuk pepatah yang terkenal “dari mata turun ke-hati”, mungkin itu tujuan slogan kampanye dari para kandidat yang ditujukan kepenerima pesan untuk dapat memilih dirinya. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan suara terbanyak supaya mereka dapat memenangkan pemilihan. Hal ini mereka lakukan untuk memperoleh perhatian, dukungan dan simpati dari masyarakat pemilih.
Namun, terkadang slogan ini juga dapat mengernyitkan dahi dan ada juga yang melebarkan senyuman, ada saja hal-hal stategi yang dilakukan untuk menyampaikan bahasa komunikasinya. Bahasa “langit dan membumi” bahkan “parikan atau pantun” juga kerap digunakan. Penggunaan kalimat singkat, padat dan sederhana tetapi diharapkan dapat mewakili visi misi dari para kandidat untuk ditujukan ke penerima pesan.
Tidak hanya itu, kalimat penekanan sebagai penginggat dan ajakan untuk memilih dirinya juga sering ditawarkan, terlebih kalimat yang mengandung unsur keakraban dan memberikan sebuah garansi juga tidak dapat dipisahkan. Semuanya dikemas untuk dapat meningkatkan popularitas dalam menghipnotis masyarakat pemilih, bahkan lewat dari masa kampanye slogan itu juga masih membekas dibenak masyarakat.
Masyarakat pemilih dituntut untuk secara selektif menerima informasi dari slogan kampanye yang bertubi-tubi itu. Merima pesan dari slogan kampanye tidak kemudian ditelan mentah-mentah, tetapi patut juga untuk dikaitkan dengan trackrecord dari para kandidat. Selain itu, mengelola penerimaan pesan hingga kemudian mempersepsikan di diri para calon kandidat menjadi hal utama dalam memperoleh keyakinan bahwa slogan yang disampaikan bisa dapat dijaga amanahnya.
Dengan demikian, keyakinan pada hari “H” pemilihan dapat diperoleh. Sehingga konstribusi pada negara republik yang menganut paham demokrasi, sebagai warga negara yang baik dapat turut serta dalam memberikan andil untuk pembangunan kesejahteraan bangsa dengan memilih pemimpin yang baik di masa depan. Semoga kita semua dapat bijak dan cerdas untuk memberikan suara pilihan pada para kandidat dalam menentukan arah perubahan yang lebih baik lagi bagi bangsa dan negara ini.